Selasa, 08 Mei 2012

SATAP,  Satapku Sayang Satapku Malang. - - - -  Bag. I
By. Harla.S.Pd SD
     Pada awal kehadiran SD-SMP Satap kami rasakan  sebagai setetes embun yang bakal membawa kesejukan untuk dunia pendidikan didesa kami. Kondisi awal sebelum hadir SD-SMP Satap 1 Seranau rata-rata hanya 5 s/d 10% tamatan Sekolah Dasar di dua SD desa kami yang yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP, selebihnya karena tingkat ekonomi yang rendah lebih memilih tidak bersekolah sembari membantu meringankan pekerjaan orang tua. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya angka melanjutkan sekolah bukan semata kerena ketidak mampuan biaya, tetapi berdasar hasil survei kami menyimpulkan orang tua tidak percaya dan  khawatir untuk melepas anaknya hidup ditempat lain terpisah dari orang tua. Masuk akal, usia 12-13 tahun belumlah saatnya bagi anak untuk dapat hidup mandiri jauh dari pengawasan orang tua. Kondisi ini telah berlangsung sejak lama, belum lagi angka 5-10% tersebut dipotong APK sehingga praktis tamatan SLTP dari tahun ketahun sangat sedikit bahkan sering menembus angka nol.
       Kehadiran SD-SMP Satap 1 Seranau pada tahun 2007 disambut suka cita,bagi orang tua; terjawab sudah kebuntuan untuk dapat menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi, SMP jenjang sekolah yang lama dicita-citakan orang tua untuk anak-anak mereka telah berdiri. Antusias ini terbukti, ditahun pertama 100% lulusan dua SD didesa kami telah duduk di bangku SMP. Tahun pertama dengan 38 siswa berjalan tanpa kendala, beberapa kegiatan baik intra maupun ektra kurikukuler tidak masalah untuk dilaksanakan. Tenaga pendidik yang walaupun pada saat berdirinya belum satu orangpun ditempatkan oleh pemerintah daerah, pihak sekolah masih dapat menyediakan sesuai kebutuhan jumlah guru mata pelajaran pada jenjang SMP. Semua itu dapat berjalan karena ketersediaan dana operasional yang memadai. Dana tersebut berasal dari 30% alokasi dana pembangunan sarana fisik.
       Sebagai bagian dari panitia pengembang, kondisi ini tentu sangat mengembirakan, namun dibalik suka cita tersebut tak urung terbersit satu kekhawatiran bagaimana sekolah ini dapat bertahan di tahun-tahun berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar