ANTHOLOGI PUISI
SOSOK SOSOK DISEKITARKU
OLEH
HERLINA,S Pd,SD
GADIS
KECILKU
Sebelas November sembilan puluh dua
Dua puluh satu tahun telah berlalu
Pekik tangis pecah dari bibir mungilmu
Ketika kau lahir kedunia memberi bahagia untuk
Keluarga kecilmu
Hari demi hari kita lalui dengan
Penuh kebahagia
Tak terasa waktu cepat berlalu
Kaupun harus pergi ketempat baru
Untuk menuntut ilmu
Betapa pedih hati ini untuk melepasmu
Betahkah kau disana ditempat barumu nanti
Tak dapat bunda bayangkan apa jadinya
Hari hari yang kami lalui tanpa ada kamu ditengah tengah kami
Sesak didada ini semakin membuncah
Ketika waktu berpisah itu tiba
Tak mau rasanya hati ini melepasmu
Begitu burung besi itu melesat
membawa kau pergi
Tangis ini pun pecah tak dapat kutahan
Tak peduli tatap mata orang orang yang ada di bandara
Aku tumpahkan tangis ini berharap sesak ini hilang
Hingga kudengar sebuah suara yang menyadarkanku
Bahwa kau pergi untuk sementara demi masa depan
Karena tuntutan zaman mengharuskan kita untuk
Melakukan perpisahan ini
Doa kami akan selalu menyertai langkahmu menjalani
Hari hari dirantau orang
Semoga kesuksesan,kebahagian,dan keselamatan
Selalu bersamamu gadis kecilku
Walau kau sudah menjadi mahasiswa
Tapi bagiku kau tetaplah gadis kecilku yang dulu
Dan akan selalu begitu sampai kapanpun
JALAN H. M.
ARSYAD
Bertahun tahun kulalui
Setiap pagi dan siang
Jalan yang sama setiap hari
Kala kuharus membagi ilmu
Kadang ditengah hujan yang menguyur
Kadang dibawah panas terik yang membakar
Bahkan diselimuti kabut tebal
Yang membutakan mata
Karena tak tampak apa apa
Kupacu kuda besiku dengan
kencang
Untuk dapat sampai ketempat yang
kutuju
Diatas tubuhmu yang meliuk
bagaikan ular raksasa
Bila kutemui tubuh mulusmu
Alangkah senangi hati ini
Tapi bila banyak lobang dan
kerikil tajam
Aku harus berhati hati agar
tidak celaka
Setiap hari
dilindas kendaraan
Truk kontiner,truk
tangki,mobil,
Sepeda motor bahkan sepeda
pancal
Hilir mudik setiap waktu
Kau tetap bertahan dalam keangkuhan dan kegaranganmu
Yang sering merenggut jiwa
Bagi yang tidak hati hati meniti tubuhmu
Jalan H M Arsyad namamu
Urat nadi yang menghubungkan
Kota Sampit dan Samuda
MISTER
YOSH
Kulihat dikejauhan
sosok lelaki
Memacu sepeda
motor dengan kencangnya
Kuda besi buatan
jepang itu seakan berlari
Agar cepat sampai
ketempat kami duduk
Untuk menunggu
klotok jemputan
Yang akan selalu
setia membawa kami menyusuri
Sungai
mentaya,ketempat kami mengabdikan diri
Lelaki itu berhenti ditempat parkir
Memutar anak kunci sehingga deru
mesin
Kendaraan yang
ditungganginyapun berhenti
Dia lepas helm yang masih ada diatas kepala
Ketika benda itu
sudah tidak ada lagi
Kini dapatlah kulihat sosok itu tersenyum
Ternyata dia adalah mister Yosh
Sebutan kami untuknya,dia salami kami
Satu persatu dengan tangan lembutnya
Tanpa menghilangkan tawa ceria diwajah
Tawa dan sapa yang tulus selalu dia berikan
Pada siapa saja yang ada disitu
TELADANKU
Pak Yosh menang,....pak Yosh
juara
Murid
pak Yosh menang lomba ini
Murid pak
Yosh menang lomba itu
Itulah
kabar yang sering mampir ketelingaku
Wujud pengabdian yang tulus
Tanpa
pernah memikirkan imbalan jasa
Beliau tak pernah pelit berbagi
Dibimbing dan ajarkan berbagai
ilmu
Pada guru guru yang
dengan tulus hati pula
Mengabdikan diri untuk berbagi
sedikit ilmu
Pada murid murid SMP dan SMK Ambarwati
Pada sebuah desa kecil ditepian
sungai mentaya
Setelah bertahun tahun mengabdikan diri
Penantian panjang itu akhirnya berbuah manis
Tuhan akhirnya
memberi hadiah
Yang paling indan
untuk pak Yosh
Beliau diangkat
jadi PNS......
Akupun gembira
mendengar kabar itu
Aku hanya dapat
berdoa ...
Semoga dapat
mengabdi dengan tulus
Seperti beliau
yang menjadi teladanku.
LUKA
PERTAMA DIJARI MUNGILMU
Pekik tangismu
ditengah malam buta
Membuat yang
mendengar bernapas lega
Saling tersenyum
dan memeluk erat
Kelahiranmu
dimalam itu memberi warna baru dalam hidupku
Usiaku pada saat
itudua puluh satu setengah tahun
Bahagia tak
terperi ketika
Bayi mungil itu diletakkan
dipangkuanku
Aku hampir tak
yakin
Ataukah aku sedang
bermimpi
Malam itu
dimulailah lembaran baru dalam hidupkuMenjadi seorang ibu
Yang menurut
sebagian orang punya anak itu sangatlah merepotkan
Tapi bagiku yang
masih muda
Aku seperti punya mainan baru
Yang dapat kuajak bicara,bercanda,
Kubelai dan
kutepuk tepuk dengan lembut
Hingga suatu hari kupakaikan
cincin mungil dijari manismu
Hadiah dari eyang putri tercinta
Atas rasa syukur karena mendapat cucu
Bunda lupa melepas benang merah yang tergantung
Karena gugup bercampur gembira
Benang merah itu langsung bunda gunting
Apa yang terjadi,bukan benang yang putus
Dari jari mungilmu mengucur darah
Bunda kaget dan menangis...duh...
Hati ini rasanya tersayat pilu
Apa yang telah kulakukan pada bayi mungilku
Ternyata ada luka kecil dijarimu tergores gunting
Ketika aku memotong benang
Itulah darah pertama yang menetes dari dirimu
Semoga aku tidak membuatmu meneteskan darah lagi
MANG SABRI
Sabri itulah
namamu
Tapi bagi kami
lebih senang memanggilmu
Dengan mang Isap
Kau hidup seorang
diri tanpa anak dan isteri
Dengan setia kau
antar dan jemput kami setiap waktu
Hari demi
hari,bulan berganti tahun
Kau tetap setiap
dengan klotok kecilmu
Yang sudah tua
pula,seperti tubuh kurusmu
Tapi tak pernah
kudengar keluh kesah darimu
Ketika ada yang
terlambat membayar atas
Jasamu mengantar
kami
Ketika hujan turun
dimalam buta
Disaat orang
sekampungmu tertidur lelap
Kau sambangi
klotok kecil yang bergoyang
Karena tiupan
angin malam
Dibawah deru hujan
dan petir yang menyabar
Kau tetap setia
menimba air hujan yang masuk
Kedalam
klotokmu,agar klotok kecilmu itu tidak karam
Dan besok pagi
dapat kau bawa menyusuri sungai mentaya
untuk menjemput
kami
Kesetiaan pada
klotok kecilmu sangat besar
Walau kadang mesin
klotok itu sering bertingkah
Tidak mau hidup
ketika kau engkol dengan tenaga tuamu
Kau berjuang
sekuat tenaga agar mesin itu dapat hidup kembali
Sehingga dapat mengantarkan kami hingga
kesebrang sungai
Terima kasih mang
Isap semoga kau selalu sehat
Hingga kami akan
selalu naik klotokmu setiap hari
SATUNI
TEMANKU
Postur tubuhmu
kecil
Tapi suaramu
tinggi melengking
Ketika kudengar
kau mengajarkan
Cara mengeja hurup
demi hurup
Pada anak didikmu
Aku salut padamu
Walau imbalan yang
kau dapat tak seberapa
Tapi kesetiaan dan
pengabdianmu pada sekolah
Sungguh tak dapat
diukur
Bertahun tahun kau
setia pada tugasmu
Aku adalah saksi
dari segala perjuanganmu
Hujan dan panas
serta kabut asap yang tebal
Tak membuat surut
langkahmu
Untuk tetap
berdiri tegak didepan kelas
Hingga suatu hari
klotok kecil yang membawa kau
Menyeberang
dihempas ombak besar dan tiupan angin kencang
Aku tahu wajahmu
pucat pasi ketakutan
Dan tanganmu
menyecengkram kuat tepi klotok
Yang bergoyang
goyang ditengah sungai
Takut yang kulihat
diwajahmu sungguh membuatku makin terenyuh
Kau takut klotok
kecil ini akan terbalik dan tenggelam
Karena selama ini
kau tidak bisa berenang
RAMADAN NAMANYA
Kulihat setiap
hari dari kelasku
Ada anak lelaki
kecil berlari lari
Mengitari halaman
sekolah yang luas
Dengan rumput yang
setinggi lutut kecilnya
Pemandangan itu
dapat kunikmati setiap hari
Tanpa pernah pula
aku hiraukan
Setiap melintas
didepan kelasku
Tangan kecil itu
selalu melambai padaku
Ketika anak itu
melintas didepan kelasku
Tergelitik hati
ini rasanya untuk
Sekedar melempar
tanya
Kuhentikan sejenak tanganku yang sedang
mecoret coret
Buku tugas muridku
Bergegas aku
keluar kelas tanpa menghiraukan tatap
heran
Anak didikku
sendiri
Anak itu mendekat
ketika kupanggil
Terlontar tanya
dari mulutku
Kenapa kamu
berlari dibawah belaian
Matahari pagi
sedangkan teman temanmu
Ada didalam kelas
sedang belajar
Apa jawabmu yang
membuat hati ini sedih
Dengan polosnya
mulut kecilmu menjawab
Sedang dihukum
bu....
Aku bertanya lagi
kenapa dihukum apa salah kamu
Lagi lagi mulut
kecil itu berucap tanpa beban
Tidak bisa
mengerjakan PR...
Akupun memintanya untuk berlari kembali
Menyelesaikan
hukuman dari guru kelasnya
Ketika kulihat
dikejauhan bu guru yang memberi hukuman itu
Berteriak teriak
memintanya agar terus berlari
Untuk
menyelesaikan hukuman
Anak kecil itu
terus berlari dengan patuh
Tanpa ada keluh
kesah yang terucap dari bibirnya
Dengan langkah
riang dan senyum tulus
Dia berlari mematuhi perintah gurunya
Aku hanya dapat
berdoa semoga keikhlasanya menerima hukuman
Diberi Tuhan
hadiah yang manis
RAMADAN OH
RAMADAN
Kulihat setiap
hari dari kelasku
Ada anak lelaki
kecil berlari lari
Mengitari halaman sekolah
yang luas
Dengan rumput yang
setinggi lutut kecilnya
Pemandangan itu
dapat kunikmati setiap hari
Tanpa pernah pula
aku hiraukan
Setiap melintas
didepan kelasku
Tangan kecil itu
selalu melambai padaku
Ketika anak itu
melintas didepan kelasku
Tergelitik hati
ini rasanya untuk
Sekedar melempar
tanya
Kuhentikan sejenak tanganku yang sedang
mecoret coret
Buku tugas muridku
Bergegas aku
keluar kelas tanpa menghiraukan tatap
heran
Anak didikku
sendiri
Anak itu mendekat
ketika kupanggil
Terlontar tanya
dari mulutku
Kenapa kamu
berlari dibawah belaian
Matahari pagi
sedangkan teman temanmu
Ada didalam kelas
sedang belajar
Apa jawabmu yang
membuat hati ini sedih
Dengan polosnya
mulut kecilmu menjawab
Sedang dihukum
bu....
Aku bertanya lagi
kenapa dihukum apa salah kamu
Lagi lagi mulut
kecil itu berucap tanpa beban
Tidak bisa
mengerjakan PR...
Akupun memintanya untuk berlari kembali
Menyelesaikan
hukuman dari guru kelasnya
Ketika kulihat
dikejauhan bu guru yang memberi hukuman itu
Berteriak teriak memintanya
agar terus berlari
Untuk
menyelesaikan hukuman
Anak kecil itu
terus berlari dengan patuh
Tanpa ada keluh
kesah yang terucap dari bibirnya
Dengan langkah
riang dan senyum tulus
Dia berlari mematuhi perintah gurunya
Aku hanya dapat
berdoa semoga keikhlasanya menerima hukuman
Diberi Tuhan
hadiah yang manis
Ramadan oh ramadan
semoga hatimu sesuci bulan ramadhan
SECERCAH SINAR
DIUJUNG ASA
Kesetiaan dan
pengabdianmu tiada duanya
Walau imbalan yang
kau terima tak mencukupi
Aku kagum padamu
teman
Tapi aku tak
pernah mendengar kau mengeluh
Hujan, panas,dan
kabut asap yang pekat
Serta hantaman
ombak
Pada klotok
kecil yang kau naiki
Tak surutkan
langkahmu
Untuk sampai
ketempat kau mengabdikan diri
Untuk terus
maju berbagi ilmu
Pada anak didikmu
Bu Satuni itulah namamu
Keras suaramu,tapi ku tahu
hatimu lembut
Karena kau ingin anak anak didikmu
Menjadi orang yang cerdas dan pandai
Berguna untuk keluarga
bangsa,agama dan negara
Kini kau boleh
bernapas lega
Secercah asa dipenghujung
doa
Kau lulus PLPG
Pertanda baik
untuk penghasilanmu
Doaku untukmu
teman
Semoga rezeki itu
membawa berkah
SEKOLAHKU
Kau berdiri kokoh
dipinggir hutan
Atapmu yang
berwarna biru
Dinding kayumu
berwarna kuning
Mengundang aku
untuk datang agar menyapamu
Keangkuhanmu
sangat tampak terlihat
Karena hanya
engkau yang berdiri tegak
Diantara rimbunnya
pohon pohon kayu
Dan beliatan sulur
sulur pohon rotan yang berduri
Yang bergoyang terangguk
angguk dibelai
Oleh hembusan sang
bayu
Tapi hatiku sedih
dan luka
Melihat halamanmu
yang ditumbuhi
Oleh rumput rumput
liar yang tak terkendali
Hanya tiang
bendera yang berdiri kokoh
Dihalaman menjadi
saksi bisu
Akan kesendirianmu
ketika
Waktu pulang kami
telah tiba
Biarlah waktu yang
akan menjawab keangkuhanmu.
MESIN POTONG RUMPUT
Tidak terdengar lagi celoteh dan tawa riang
Anak anak didikku yang berlarian
dihalaman
Bagaimana anak didikku akan
bermain
Jika rumput liar itu setinggi
lutut mereka
Sejak mesin potong rumput itu rusak
Aku tidak pernah lagi mencium
segarnya
Aroma rumput yang baru dipotong
Karena tak akan aku biarkan
Tangan tangan mungil mereka terluka
Karena membabat habis rumput liar yang tumbuh
Biarlah waktu berlalu
Dan yang dapat kulakukan hanyalah berdoa
Agar mesin itu dapat diperbaiki kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar