Selasa, 21 Januari 2014

ANTHOLOGI PUISI SOSOK SOSOK DISEKITARKU OLEH HERLINA,S Pd,SD







ANTHOLOGI PUISI

SOSOK SOSOK DISEKITARKU

OLEH
 HERLINA,S Pd,SD

                                 




                                                GADIS KECILKU
Sebelas November sembilan puluh dua
Dua puluh satu tahun telah berlalu
Pekik tangis pecah dari bibir mungilmu
Ketika kau lahir kedunia memberi bahagia untuk
Keluarga kecilmu

Hari demi hari kita lalui dengan
Penuh kebahagia
Tak terasa waktu cepat berlalu
Kaupun harus pergi ketempat baru
Untuk menuntut ilmu
Betapa pedih hati ini untuk melepasmu
Betahkah kau disana ditempat barumu nanti
Tak dapat bunda bayangkan apa jadinya
Hari hari yang kami lalui tanpa ada kamu ditengah tengah kami

Sesak didada ini semakin membuncah
Ketika waktu  berpisah  itu tiba
Tak mau rasanya hati ini melepasmu
Begitu burung besi itu melesat  membawa kau pergi
Tangis ini pun pecah tak dapat kutahan
Tak peduli tatap mata orang orang yang ada di bandara
Aku tumpahkan tangis ini berharap sesak ini hilang

Hingga kudengar sebuah suara yang menyadarkanku
Bahwa kau pergi untuk sementara demi masa depan
Karena tuntutan zaman mengharuskan kita untuk
Melakukan perpisahan ini
Doa kami akan selalu menyertai langkahmu menjalani
Hari hari dirantau orang
Semoga kesuksesan,kebahagian,dan keselamatan
Selalu bersamamu gadis kecilku
Walau kau sudah menjadi mahasiswa
Tapi bagiku kau tetaplah gadis kecilku yang dulu
Dan akan selalu begitu sampai kapanpun
                                            JALAN H. M. ARSYAD

Bertahun tahun kulalui
Setiap pagi dan siang
Jalan yang sama setiap hari
Kala kuharus membagi ilmu
Kadang ditengah hujan yang menguyur
Kadang dibawah panas terik yang membakar
Bahkan diselimuti kabut tebal
Yang membutakan mata
Karena tak tampak apa apa
               
                Kupacu kuda besiku dengan kencang
                Untuk dapat sampai ketempat yang kutuju
                Diatas tubuhmu yang meliuk bagaikan ular raksasa
                Bila kutemui tubuh mulusmu
                Alangkah senangi hati ini
                Tapi bila banyak lobang dan kerikil tajam
                Aku harus berhati hati agar tidak celaka

Setiap hari dilindas kendaraan
Truk kontiner,truk tangki,mobil,
Sepeda motor  bahkan sepeda pancal
Hilir mudik setiap waktu
Kau tetap bertahan dalam keangkuhan dan kegaranganmu
Yang sering merenggut jiwa
Bagi yang tidak hati hati meniti tubuhmu
Jalan H M Arsyad namamu
Urat nadi yang menghubungkan
Kota Sampit dan Samuda

                                                              
                                                MISTER YOSH

Kulihat dikejauhan sosok lelaki
Memacu sepeda motor dengan kencangnya
Kuda besi buatan jepang itu seakan berlari
Agar cepat sampai ketempat kami duduk
Untuk menunggu klotok jemputan
Yang akan selalu setia  membawa kami menyusuri
Sungai mentaya,ketempat kami mengabdikan diri
               
            Lelaki itu berhenti ditempat parkir
            Memutar anak kunci sehingga deru mesin
            Kendaraan yang ditungganginyapun  berhenti
            Dia lepas helm yang masih ada  diatas kepala
            Ketika benda itu sudah tidak ada lagi
            Kini dapatlah  kulihat sosok itu tersenyum


Ternyata dia adalah mister Yosh
Sebutan kami untuknya,dia salami kami
Satu persatu dengan tangan lembutnya
Tanpa menghilangkan tawa ceria diwajah
Tawa dan sapa yang tulus selalu dia berikan
Pada siapa saja yang ada disitu








                                                        TELADANKU
                        
                           Pak Yosh menang,....pak Yosh juara                   
                          Murid pak Yosh menang lomba ini
                           Murid pak Yosh menang lomba itu
                         Itulah kabar yang sering mampir ketelingaku
                         Wujud pengabdian yang tulus
                         Tanpa pernah memikirkan imbalan  jasa


  Beliau  tak pernah pelit berbagi
  Dibimbing dan ajarkan berbagai ilmu
  Pada guru guru yang dengan  tulus hati pula
  Mengabdikan diri untuk berbagi sedikit ilmu
  Pada murid murid SMP dan  SMK Ambarwati
 Pada sebuah desa kecil ditepian sungai mentaya             

Setelah bertahun tahun mengabdikan diri
Penantian panjang itu akhirnya berbuah manis                 
Tuhan akhirnya memberi hadiah
Yang paling indan untuk pak Yosh
Beliau diangkat jadi PNS......
Akupun gembira mendengar kabar itu
Aku hanya dapat berdoa ...
Semoga dapat mengabdi  dengan tulus
Seperti beliau yang menjadi teladanku.




                                                            LUKA PERTAMA DIJARI MUNGILMU

                                Pekik tangismu ditengah  malam  buta
                                Membuat yang mendengar bernapas lega
                                Saling tersenyum dan memeluk erat
                                Kelahiranmu dimalam itu memberi warna baru dalam hidupku
                                Usiaku pada saat itudua puluh satu setengah tahun
                                Bahagia tak terperi ketika
                                Bayi mungil itu diletakkan dipangkuanku
Aku hampir tak yakin
Ataukah aku sedang bermimpi
Malam itu dimulailah lembaran baru dalam hidupkuMenjadi seorang ibu
Yang menurut sebagian orang punya anak itu sangatlah merepotkan
Tapi bagiku yang masih muda
 Aku seperti punya mainan baru
 Yang dapat kuajak bicara,bercanda,
Kubelai dan kutepuk tepuk dengan lembut
Hingga suatu hari kupakaikan cincin mungil dijari manismu
Hadiah dari eyang putri tercinta
Atas rasa syukur karena mendapat cucu
Bunda lupa melepas benang merah yang tergantung
Karena gugup bercampur gembira
Benang merah itu langsung bunda gunting
Apa yang terjadi,bukan benang yang putus
Dari jari mungilmu mengucur darah
Bunda kaget dan menangis...duh...
Hati ini rasanya tersayat pilu
Apa yang telah kulakukan  pada bayi mungilku
Ternyata ada luka kecil dijarimu tergores gunting
Ketika aku memotong benang
Itulah darah pertama yang menetes dari dirimu
Semoga aku tidak membuatmu meneteskan darah lagi
MANG SABRI
Sabri itulah namamu
Tapi bagi kami lebih senang memanggilmu
Dengan mang Isap
Kau hidup seorang diri tanpa anak dan isteri
Dengan setia kau antar dan jemput kami setiap waktu
Hari demi hari,bulan berganti tahun
Kau tetap setiap dengan klotok kecilmu
Yang sudah tua pula,seperti tubuh kurusmu
Tapi tak pernah kudengar keluh kesah darimu
Ketika ada yang terlambat membayar atas
Jasamu mengantar kami

Ketika hujan turun dimalam buta
Disaat orang sekampungmu tertidur lelap
Kau sambangi klotok kecil yang bergoyang
Karena tiupan angin malam
Dibawah deru hujan dan petir yang menyabar
Kau tetap setia menimba air hujan yang masuk
Kedalam klotokmu,agar klotok kecilmu itu tidak karam
Dan besok pagi dapat kau bawa menyusuri sungai mentaya
untuk menjemput kami

Kesetiaan pada klotok kecilmu sangat besar
Walau kadang mesin klotok itu sering bertingkah
Tidak mau hidup ketika kau engkol dengan tenaga tuamu
Kau berjuang sekuat tenaga agar mesin itu dapat hidup kembali
 Sehingga dapat mengantarkan kami hingga kesebrang sungai
Terima kasih mang Isap semoga kau selalu sehat
Hingga kami akan selalu naik klotokmu setiap hari


                                                                SATUNI TEMANKU

Postur tubuhmu kecil
Tapi suaramu tinggi melengking
Ketika kudengar kau mengajarkan
Cara mengeja hurup demi hurup
Pada anak didikmu
Aku salut padamu
Walau imbalan yang kau dapat tak seberapa
Tapi kesetiaan dan pengabdianmu pada sekolah
Sungguh tak dapat diukur
Bertahun tahun kau setia pada tugasmu
Aku adalah saksi dari segala perjuanganmu
Hujan dan panas serta kabut asap yang tebal
Tak membuat surut langkahmu
Untuk tetap berdiri tegak didepan kelas
Hingga suatu hari klotok kecil yang membawa kau
Menyeberang dihempas ombak besar dan tiupan angin kencang
Aku tahu wajahmu pucat pasi ketakutan
Dan tanganmu menyecengkram kuat tepi klotok
Yang bergoyang goyang ditengah sungai
Takut yang kulihat diwajahmu sungguh membuatku makin terenyuh
Kau takut klotok kecil ini akan terbalik dan tenggelam
Karena selama ini kau tidak bisa berenang





                                RAMADAN   NAMANYA

Kulihat setiap hari dari kelasku
Ada anak lelaki kecil berlari lari
Mengitari halaman sekolah yang luas
Dengan rumput yang setinggi lutut kecilnya
Pemandangan itu dapat kunikmati setiap hari
Tanpa pernah pula aku hiraukan
Setiap melintas didepan kelasku
Tangan kecil itu selalu melambai padaku
Ketika anak itu melintas didepan kelasku
Tergelitik hati ini  rasanya untuk
Sekedar melempar tanya
 Kuhentikan sejenak tanganku yang sedang mecoret coret
Buku tugas  muridku
Bergegas aku keluar  kelas tanpa menghiraukan tatap heran
Anak didikku sendiri
Anak itu mendekat ketika kupanggil

Terlontar tanya dari mulutku
Kenapa kamu berlari dibawah belaian
Matahari pagi sedangkan teman temanmu
Ada didalam kelas sedang belajar
Apa jawabmu yang membuat hati ini sedih
Dengan polosnya mulut kecilmu menjawab
Sedang dihukum bu....
Aku bertanya lagi kenapa dihukum apa salah kamu
Lagi lagi mulut kecil itu berucap tanpa beban
Tidak bisa mengerjakan PR...

Akupun  memintanya untuk berlari kembali
Menyelesaikan hukuman dari guru kelasnya
Ketika kulihat dikejauhan bu guru yang memberi hukuman itu
Berteriak teriak memintanya agar terus berlari
Untuk menyelesaikan hukuman
Anak kecil itu terus berlari dengan patuh
Tanpa ada keluh kesah yang terucap dari bibirnya
Dengan langkah riang dan senyum tulus
Dia  berlari mematuhi  perintah gurunya
Aku hanya dapat berdoa semoga keikhlasanya menerima hukuman
Diberi Tuhan hadiah yang manis
                       
                                RAMADAN   OH   RAMADAN

Kulihat setiap hari dari kelasku
Ada anak lelaki kecil berlari lari
Mengitari halaman sekolah yang luas
Dengan rumput yang setinggi lutut kecilnya
Pemandangan itu dapat kunikmati setiap hari
Tanpa pernah pula aku hiraukan
Setiap melintas didepan kelasku
Tangan kecil itu selalu melambai padaku
Ketika anak itu melintas didepan kelasku
Tergelitik hati ini  rasanya untuk
Sekedar melempar tanya
 Kuhentikan sejenak tanganku yang sedang mecoret coret
Buku tugas  muridku
Bergegas aku keluar  kelas tanpa menghiraukan tatap heran
Anak didikku sendiri
Anak itu mendekat ketika kupanggil

Terlontar tanya dari mulutku
Kenapa kamu berlari dibawah belaian
Matahari pagi sedangkan teman temanmu
Ada didalam kelas sedang belajar
Apa jawabmu yang membuat hati ini sedih
Dengan polosnya mulut kecilmu menjawab
Sedang dihukum bu....
Aku bertanya lagi kenapa dihukum apa salah kamu
Lagi lagi mulut kecil itu berucap tanpa beban
Tidak bisa mengerjakan PR...

Akupun  memintanya untuk berlari kembali
Menyelesaikan hukuman dari guru kelasnya
Ketika kulihat dikejauhan bu guru yang memberi hukuman itu
Berteriak teriak memintanya agar terus berlari
Untuk menyelesaikan hukuman
Anak kecil itu terus berlari dengan patuh
Tanpa ada keluh kesah yang terucap dari bibirnya
Dengan langkah riang dan senyum tulus
Dia  berlari mematuhi  perintah gurunya
Aku hanya dapat berdoa semoga keikhlasanya menerima hukuman
Diberi Tuhan hadiah yang manis
Ramadan oh ramadan semoga hatimu sesuci bulan ramadhan

     
                               








                                SECERCAH SINAR DIUJUNG ASA
                                                                               
Kesetiaan dan pengabdianmu  tiada duanya
Walau imbalan yang kau terima tak mencukupi
Aku kagum padamu teman
Tapi aku tak pernah mendengar kau mengeluh
Hujan, panas,dan kabut asap yang pekat
Serta hantaman ombak
Pada klotok kecil  yang kau naiki
Tak surutkan langkahmu
Untuk sampai ketempat kau mengabdikan diri
Untuk terus maju  berbagi ilmu
Pada anak didikmu


                Bu  Satuni itulah namamu
                Keras suaramu,tapi ku tahu hatimu lembut
                Karena kau ingin anak anak  didikmu
Menjadi orang yang cerdas dan pandai
Berguna untuk keluarga  bangsa,agama dan negara


                Kini kau boleh bernapas lega
                Secercah asa dipenghujung doa
                Kau lulus PLPG
                Pertanda baik untuk penghasilanmu
                Doaku untukmu teman
                Semoga rezeki itu membawa berkah



                                                SEKOLAHKU

Kau berdiri kokoh dipinggir  hutan
Atapmu yang berwarna biru
Dinding kayumu berwarna kuning
Mengundang aku untuk datang agar  menyapamu
Keangkuhanmu sangat tampak terlihat
Karena hanya engkau yang berdiri tegak
Diantara rimbunnya pohon pohon kayu
Dan beliatan sulur sulur pohon rotan yang berduri
Yang bergoyang terangguk angguk dibelai
Oleh hembusan sang bayu

Tapi hatiku sedih dan luka
Melihat halamanmu yang ditumbuhi
Oleh rumput rumput liar yang tak terkendali
Hanya tiang bendera yang berdiri kokoh
Dihalaman menjadi saksi bisu
Akan kesendirianmu ketika
Waktu pulang kami telah tiba
Biarlah waktu yang akan menjawab keangkuhanmu.










                                                            MESIN POTONG RUMPUT

Tidak terdengar lagi celoteh dan tawa riang
              Anak anak didikku yang berlarian dihalaman
               Bagaimana anak didikku akan bermain
               Jika rumput liar itu setinggi lutut mereka
                Sejak  mesin potong rumput itu rusak
                Aku tidak pernah lagi mencium segarnya
Aroma rumput yang baru dipotong
Karena tak akan aku biarkan
Tangan tangan mungil mereka terluka
Karena membabat habis rumput liar yang tumbuh
Biarlah waktu berlalu
Dan yang dapat kulakukan hanyalah berdoa
Agar mesin itu dapat diperbaiki kembali

               


                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar